Monday, December 10, 2007

Saat - saat Terakhir Rasulullah s.a.w


Demam itu demam yang pertama yang terakhir
bagi Rasul terakhir. jam itu adalah jam-jam penghabisan bagi Utusan Penghabisan.
Dalam demam yang mencengkeram - betapa sabar kau terbaring di selembar tikar
dalam jam-jam yang mencekam. Betapa dalam lautan pasrahmu

Ada kulihat matamu berisyarat.
Aadakah gerangan yang ingin kaupesankan
Dalam jam-jam penghabisan wahai Nabi Pilihan

Maka kuhampirkan telingaku yang kanan di mulutmu yang suci
Maka kudengar ucapmu pelan:
Di bawah tikar, masih tersisa sembilan dinar
tolong sedekahkan sesegera mungkin
kepada fakir miskin.

Mengapa yang sembilan dinar.
Mengapa itu benar yang membuatmu gelisah ya Rasulullah

Sebab ke mana nanti kusembunyikan wajahku
di hadirat Ilahi bila aku menghadap dan Dia tahu
aku meninggalkan bumi dengan memiliki
uang biar sedikit biar cuma sembilan dinar

Ke bumi aku diutus - memberikan arah ke jalan yang lurus
Tugasku tak hanya menyampaikan pesan
Tugasku adalah juga sebagai teladan
Bagi segala orang yang mencintai Tuhan

Lebih dari segala dinar - lebih dari segala yang lain
Miskin aku datang - biarlah miskin aku pulang
Bersih aku lahir - biarlah bersih hingga detik terakhir

Sembilan dinar
pelan-pelan kuambil dari bawah tikar
bergegas aku keluar, dari kamarmu yang sempit
kamarmu yang amat sederhana - bergegas aku melangkah ke lorong-lorong sempit
di atas jalan-jalan tanah Madinah
mensedekahkan dinar yang sembilan
kepada orang-orang yang sangat kausayang
orang-orang miskin seperti kau - orang-orang yatim seperti kau

dan demam itu demam yang pertama demam yang terakhir
bagi Rasul terakhir
dan jam itu adalah detik penghabisan
bagi Utusan Penghabisan Muhammad
kau tak di situ lagi di tubuh itu
tinggal senyum di bibirmu - tinggal teduh di wajahmu
Rasulullah
miskin kau datang miskin kau pulang
bersih kau lahir bersih hingga detik terakhir

Husni Djamaluddin,dari: Bulan Luka Parah

Husni Djamaluddin dilahirkan di Tinambung , Polmas, Sulawesi Selatan, 10 November 1934. Mulai menulis puisi sejak bersekolah di SMP nasional Makassar, kegiatannya menulis puisi baru sungguh-sungguh ditekuninya tatkala usianya mencapai 35 tahun. sejak itulah, mulai tahun 1969 ia telah menulis banyak puisi.